Jumat, 30 November 2012

Tukar Tambah Cinta (Edisi Raha Bercerita Part 1)



“Sayang, jangan pie kau pancing-pancing saya untuk saya tukar tambah kau!!” ujar Anabelle sambil mengaduk es telernya dengan gaya tukang bangunan ngaduk semen. Berusaha kalem, tapi tetap saja terlihat garang.

Mike menoleh, meletakkan piring pisang ijonya yang masih berisi kacang goreng dua biji. Menelan ludah, “Kau kenapa lagi ka?” itu pertanyaan andalan. Berlagak tak ada apa-apa, berusaha terlihat tak ada yang salah. Padahal dalam hati “Gaswat! Dia tau mi lagi mungkin kebohonganku ini anak.”
“Tidak ji, hanya saya bilang saja.” Anabelle tak kalah pintar, dia tahu ini waktunya perang urat saraf. “Soalnya saya lihat akhir-akhir ini banyak sekali gerakan tambahanmu. Kau kurang-kurangi mi memang itu, sebelum saya kasih tambah Alm. Di depan namamu.”
“Ih, ini anak eh, sembarang saja dia bicara. Apa maksudmu ka?” itu kata-kata yang keluar dari mulut Mike, tapi dialog hati lain lagi. “Mati mi saya, cewek-cewek sekarang nekat ini.
“Itu e, saya lihat kau dekat sekali sama itu cewek. Siapa namanya? Amanda.” Anabelle menyeruput es telernya, tapi ujung matanya tetap saja mempelajari gelagat Mike yang aneh. sebenarnya ini cowok satu lumayan ganteng, tinggi kurus kayak tiang listrik lagi diet. Tapi itu, dia mulai coba-coba juga main belakang. Lupa kalau ceweknya ini mantan detective yang dipecat karena salah membedakan WC dengan AC.
“Saya berteman saja jie sama dia, kau cemburuan sekali.”
“Iya, tapi saya tidak suka kau berteman sama itu anak. Variabel pengganggu sekali dia itu. dia sok juga, dia kira mungkin dia cantik. Padahal memang!” ini bagian yang paling menyakitkan dari dialognya, mengakui keunggulan lawan. Tapi Anabelle itu gadis pejuang, dia pantang menyerah dalam pertandingan. “Makanya, mending saya tukar tambah kau kalau masih suka kau dekat-dekat itu anak.”
“Iya ji, tidakmi kalau kau larang.”
“Jangan kau iya-iya saja. Kau bayar dulu ini makanannya kita baru kau antar saya pulang.”
“Kau marah lagi, saya bilang tidakmi.”
“Tidak ji, saya tidak marah.”
“Senyum dulu pale,”
“He ...” merentangkan bibirnya lebar-lebar.
“Tidak ikhlas. Ketawa dulu pale,”
“Hahahaha,” lebih lebar.
“Bayar dulu pale,”
Langsung mangap. “Kampreto e, bisanya kau suruh saya yang bayar. Kau tidak bermodal sekali. Kau yang ajak saya,”
“Iya, saya lupa tapi bawa dompet.” Jawab Mike sambil meraba saku celananya, sebenarnya di sana ada dompet, cuman tidak ada isinya.
“Alasanmu, selalunya kau lupa bawa dompet. Lima puluh tahunmi kita pacaran, kau lupa terus bawa dompet. Saya malas bayar, tidak ada juga uangku. Dia bangkrutmi Bapakku, habis jati.” Jawab Anabelle sewot, bukan apa-apa, ini cowok satu memang tidak bermodal. Miskin papa sekali garis hidupnya, sudah itu matre juga.
“Jadi bagaimana mi, da marah Mas. Mana banyaknya mi kita makan. Kau bakso dua piring sama es telernya, saya nasi goreng tiga sama pisang ijonya. Berapa mi itu?” bisik Mike dengan wajah memelas.
“Cocokmi,” Anaballe bangkit sambil meraih Blacberrynya dari atas meja.
“Cocok apanya? Kau mau pergi mana ih..” Mike mulai gusar.
“Cocokmi, saya tukar tambah saja kau dengan makannya kita itu.” Ujar Anbelle sadis abiss..
“Astaga sayang, bisanya kau begitu. Kau simpan saja hapemu.”
“Kau gila ka? Saya lebih sayang ini hape daripada kau.” Santai sambil menoleh ke aah Mas. “Mas, saya pulangmi. Makananku tadi saya bayar saja sama ini manusia,” menunjuk Mike. “Saya kasih tinggal saja di sini dia untuk Mas.”
Mas bakso, dengan cepat mengejar Anabelle yang siap melarikan diri. Sedang itu, dikursinya Mike terlihat pasrah tak berdaya.
“Dek, tidak apa-apami kalau tidak bisa bayar. Saya mengerti. Tapi patuhi aturan di sini juga. Tolong sampahnya dibawa pulang,” menunjuk Mike tanpa dosa. “Sampah yang dibawa dari luar tidak boleh ditinggalkan.” Tersenyum.
“Ckckck...” menoleh ke arah Mike. “ Kasian betul nasibmu kau ini.”
Mike langsung berdiri dengan tampang tidak terima. “Mas, daripada kau bicara begitu mending kau kilomi saja dagingku kasih jadi bakso. Sa ikhlas kasian.”
“Aduh maaf dek, saya tidak tega kasih makan pelangganku daging tiren.”
“Mas, kau kira saya bangke ka?” marah.
“Oh bukan ka dek,”
“Sudah mi deh sayang, kita pulangmi.” Menarik tangan Anablle yang langsung ditepiskan secepat kilat.
“Maaf nah, saya dilarang Mamaku berteman dengan rakyat jelata..,” balik badan, berlalu.
Mike hanya bisa melonggo, menatapku dan bertanya : sebenarnya apa ka ini yang kau tulis? Saya bingung?
Aku menjawab : saya lebih bingung lagi MiKE. Saya lagi ingin menulis, tapi tidak mau dulu yang serius.
Okey, kawan. Berhenti dulu sampai di sini. setidaknya kau tahumi sedikit logat daerahku kasian...






            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar