Kau memang tahu aku mencintaimu,
sangat mencintaimu. Kau tahu betul bagaimana hatiku begitu memujamu, atau
bagaimana tubuhku begitu mendamba pelukmu. Kau pun paham betul bagaimana rasa
hatiku. Kau tahu aku gemar sekali merindumu, kau bahkan tahu aku meneteskan
tiap tetes air mata hanya untukmu. Pun meneteskan tiap bulir keringatku untuk
bersusah payah mempertahankan hubungan kita. Kau tahu itu, kau tahu sekali.
Itulah
mengapat kau enteng sekali bermain dengan hatiku, itulah mengapa kau ringan
saja menggores banyak kecewa di sana. Atau bahkan sekali-dua membuatnya
berdarah. Kau tahu kan, bagaimana pun sakitnya semua yang kau beri, toh
lagi-lagi hanya kau yang bisa mengobati semua rasa itu. Kau sakit sekaligus
obat untukku, racun sekaligus penawar. Kau tahu aku membutuhkanmu, sama
butuhnya seperti si pesakitan yang lumpuh tanpa obatnya.
Tapi kau
lupa satu hal, tanpa sakit si penyakitan tidak memerlukan obat. Tanpa racun,
kita tak pernah memerlukan penawar. Begitupun kau untukku sekarang. Tanpa sakit
yang kau toreh, aku tak butuh obat yang kau bawa. Tanpa racun yang kau
suntikkan, aku tak butuh penawar yang kau berikan. Tanpamu, aku juga tak butuh
kamu.
Sekarang,
biarlah aku sendiri dulu, menguatkan diriku agar lebih baik dari dulu. Biarlah
sejenak di sini, membersihkan banyak sakit dan perih. Membasuh banyak dosa.
Biarlah saja seperti ini. jika berjodoh, kita pasti bersama lagi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar